Monumen Letkol Wijono Korban Kejadian Madiun Tahun 1948

Monumen Letkol Wijono Korban Peristiwa Madiun tahun 1948 - Salah satu landskap kota Mojokerto selain alun-alun ialah sebuah patung atau monumen yang dikenal sebagai patung Kranggan.
Monumen Letkol Wijono Korban Peristiwa Madiun tahun  Monumen Letkol Wijono Korban Peristiwa Madiun tahun 1948

Sebenarnya ialah Patung Letkol. Wijono terletak di perempatan.Kranggan Kota Mojokerto, yaitu persimpangan jalan antara jalan Raden Wijaya jalan Majapahit dan jalan Teratai. Letak patung sangat strategis lantaran berada di jalan utama kota Mojokerto.

Baca: Sejarah Pabrik Gula Gempolkrep

Monumen Letkol Wijono


Penempatan patung di jalur utama kota Mojokerto dengan menghadap ke utara lurus ke alun-alun dan jembatan Lespadangan. Pada masa kemudian jalur dari jembatan Lespadangan lewat jalan Majapahit menjadi jalur bus antar kota dengan terminal bus sempurna di belakang patung itu, terminal itu kini menjadi pusat perbelanjaan Bentar.

Dengan demikian monumen akan dilihat oleh para pengguna jalan yang lewat di jalur itu, terutama pengguna angkutan umum yang tersentral di terminal Kranggan

Patung itu sendiri merupakan salah satu dari 25 monumen dan tugu yang dibangun di seluruh penjuru Jawa Timur antara tahun 1968-1974.

Pembuatan monumen-monumen tersebut dilakukan oleh Kodam VIII Brawijaya. Monumen Wijono menjadi monumen yang terakhir diresmikan oleh panglima Kodam Brawijaya yang ketika itu dijabat oleh Mayjen Widjojo Soejono. Peresmiannya bersamaan dengan monumen Gubernur Suryo di Magetan, dan monumen Garuda Pancasila di Sidoarjo.

Baca: Asal Usul Rolak Songo Mojokerto

Letkol Wijono Korban Peristiwa Madiun tahun 1948


Upaya membangun 25 Monumen di penjuru wilayah Jawa Timur pada ketika itu bukan semata untuk mengenang usaha kemerdekaan, lebih dari itu ialah untuk mengingatkan pada kekejaman PKI. Tahun 1974 merupakan satu dekade pasca meletusnya G-30-S/PKI 1965. Penandaan terhadap pemgkianatan PKI dilakukan oleh TNI-ABRI dengan menerbitkan buku oleh Disjarah ABRI dan pembuatan beberapa Monumen. Salah satunya ialah Monumen di Mojokerto tersebut.

Letkol Wijono ialah perwira yang berdinas di SPDT atau Staf Pertahanan Djawa Timur yang bermatkas di Madiun. SPDT dibuat untuk menyatukan semua komponen usaha pasca pelaksanaan Rera di Jawa Timur. Ketika itu upaya penyederhanaan struktur Tentara Nasional Indonesia di Jawa Timur gagal lantaran Kolonel Sungkono tidak diangkat sebagai Komandan Divisi. Untuk mengisi kekosongan itulah kemudian dibuat SPDT yang dipimpin oleh Letkol Marhadi.

Pada ketika PKI memproklamasikan negara Sovyet Indonesia di Madiun, Markas SPDT diserbu oleh pasukan Djoko Soejono yang berhaluan komunis. Letkol Marhadi dan Letkol Wijono ditangkap dan selanjutnya ditahan di PG Redjoagung Madiun. Bersama tawanan lainnya, kedua perwira itu dipindahkan ke Dungus, kawasan di timur Kota Madiun. Sebuah rumah di Desa Kresek dijadikan tempat penahanan. Para tawanan tersebut kemudian dibunuh ketika pasukan Tentara Nasional Indonesia mulai gerakan penumpasan PKI.

Di tempat pembunuhan itu nantinya dibuatkan monumen yang dinamakan Monumen Dungus. Nama-nama korban pembantaian dari tentara, pegawanegeri dan ulama diabadikan pada watu marmer di monumen itu.

Kesimpulan


Dengan demikian terang jikalau pembuatan Patung Letkol Wijono itu tidak ada kaitannya dengan sejarah kawasan Mojokerto. Justru seharusnya nama Letk Marhadi lebih cocok diletakkan di Mojokerto alasannya Marhadi merupakan Komandan Tentara Nasional Indonesia Mojokerto yang karirnya cemerlang sampai ditunjuk menjadi Kepala Staf SPDT. Nama Marhadi diabadikan pada monumen yang ada di bersahabat alun-alun Madiun.

Terlepas dari apapun motivasinya, patung Letkol Wijono telah memperindah suasana kota Mojokerto. Monumen Letkol Wijono merupakan monumen dengan bentuk terbaik diantara monumen yang ada di kawasan Mojokerto.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel