Sejarah Ponpes Nurul Hidayah Bedagas Pungging Mojokerto

Sejarah Ponpes Nurul Hidayah Bedagas Pungging Mojokerto - Di dalam membangun sebuah forum pendidikan Islam yang berupa pesantren, haruslah mempunyai elemen-elemen dasar yang menunjang adanya sebuah aktivitas di dalam pesantren.
Sejarah Ponpes Nurul Hidayah Bedagas Pungging Mojokerto Sejarah Ponpes Nurul Hidayah Bedagas Pungging Mojokerto

Pada kesempatan kali ini akan saya paparkan mengenai "Sejarah Ponpes Nurul Hidayah Bedagas Pungging Mojokerto". Segala yang saya paparkan pada artikel ini merupakan sebuah data empiris yang sanggup dibuktikan kebenaranya. Karena bagaimanapun juga pondok pesantren Nurul hidayah yang terletak di dusun Bedagas, Ds. tunggalpager, Kec. Pungging, Kab. Mojokerto ialah sebuah tempat dimana saya bisa menimba banyak ilmu. Disamping itu saya merasa perlu untuk memaparkan sebuah kebenaran sejarah yang sudah mulai luntur pada kurun ketika ini.

Beberapa elemen yang sudah saya sebutkan diatas merupakan hal pokok yang harus dimiliki semua di kalangan pondok pesantren, mencakup Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan Kiai, semua itu merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren, ini berarti bahwa suatu forum pengajian yang telah berkembang hingga mempunyai kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren.

Sekilas Mengenai Pondok pesantren Nurul Hidayah Bedagas


Begitu pula di dalam pondok pesantren Nurul Hidayah, yang awal merintis hanya berupa rumah kecil untuk berguru mengaji yang mana metode pengajaran yang masih sederhana, namun dari tahun ke tahun pondok pesantren Nurul Hidayah berkembang, perkembangan tersebut sanggup terlihat dari Infrastuktur maupun suprastukturnya yang ada di pondok pesantren Nurul Hidayah.

Kisah Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hidayah


Sebelum berdirinya pondok Nurul Hidayah di dusun Bedagas, hanya berupa rumah sederhana (perangkat keras)dimana sekitar rumah tersebut flora liar yang lebat. Rumah sederhana di berdiri oleh Kiai Maghfur Siroj dan istrinya yang berjulukan Nyai Khoirotun.

Pada ketika ia kembali dari Purworejo, Kyai maghfur selain membawa istri dan kedua anaknya, Kiai Maghfur Siroj diikuti empat santrinya yang dahulu dari pesantren Purworejo yang ingin mengabdi kepadanya.Dia mengajar empat santrinya di rumah. Kegiatan santri yaitu ba’da subuh hingga jam
enam pagi, membaca al-Qur’an bersama Nyai Khoirotun dan Kiai Maghfur.

Selanjutnya santri membantu dalam aktivitas keluarga baik dalam bekerja maupun dalam berkecinambung dengan masyarakat. Setelah sholat magrib para santri membaca al-Qur’an dan memperdalam kitab kuning yaituTa’lim Muta’alim, Sulam safinah dan Bidayatu Hidayah.Metode dalam pengajaranya yaitu para santri duduk di hadapan Kiai Maghfur, Kiai membaca terlebih dahulu, santri mendengarkan dan menirukan, sesudah itu santri membaca secara bergantian dan Kiai membetulkan bacaan ketika santri salah dalam membacanya.3Selain mengajar santrinya di rumah, ia mengajak masyarakat. Dalam mengajak dan mengayomi masyarakat ia mempunyai metode yang unik dan tidak memaksa kehendak masyarakat yang balasannya masyarakat ingin memperdalam ilmu agama Islam dengannya.

Pada periode ini kurikulum yang ditekankan yaitu ilmu kanuragan alasannya minat masyarakat yang antusias mengikuti pembelajaran tersebut. Dengan memperhatikan atau mengikuti aktivitas tersebut, balasannya masyarakat minat dalam berguru membaca al-Qur’an dan memperdalam ilmu agama. Selain itu, ia mengajarkan kepada masyarakat setempat yang dilakukan di dalam musholla yang ada di
dusun Bedagas desa Tunggalpager, ia mengajar bagaimana cara membaca al-Qur’an, memperkenalkan dan memahami dari ilmu syariat yang mencakup kitab SulamSafinah (ilmu Fiqh), kitab ta’lim Muta’alim (ilmu akhlak) dan Bidayatu Bidaya (ilmu tasawuf).

Perjuangan Kiai Maghfur Siroj


Pada tahun 1983 mulailah merintis pondok pesantren dengan membangun kamar atau asrama.Adanya asrama sanggup dikatakan sebagai elemen penguatan yang mana dengan adanya asrama (pondok), maka santri akan bertambah banyak untuk bermukim dan bisa menampung santri dari kawasan mana saja.
Asrama santri masih bersifat sangat sederhana dan di dalamnya terdapat setiap kotakan, kotakan ialah istilah dari kamar untuk menyebut tempat menginap santri pada masa awal berdirinya.

Pembangunan Asrama


Biasannya satu kotakan bisa di tempati oleh beberapa orang santri. Jumlah santri yang tinggal disatu kotakan tergantung dari besar dan luasnya kotakan. Pondok atau tempat tinggal santri, merupakan ciri
khas pondok pesantren.

Tujuan menyediakan asrama untuk tempat tinggal para santri yaitu adanya timbal balik antara santri dengan Kiai, dimana para santri menganggap Kyainya seakan-akan ibarat bapaknya, sedangkan Kiai memperlakukan santri ibarat anaknya sendiri, sehingga menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus menerus.

Berkat kesabaran Kiai Maghfur dalam melayani para santrinya yang mengaji, banyak santri yang tiba untuk menuntut ilmu, berkat ilmu dan keahliannya, maka mulai berdatangan orang bau tanah santri untuk menitipkan putra-putrinya kepadannya, yang awalnyasantri mukim hanya berjumlah empat, semakin usang semakin bertambah, sehingga dulunya santri yang menginapdi rumah Nyai Khoirotin cukup muat dan menjadi tidak muat, maka dibangunlah asrama yang terletak disebelah rumahnya. Asrama tersebut terdapatlima kamar dan disebelah membangun dua kamar mandi. Dalam proses pembangunan, masyarakat sangat antusias dalam membantu, baik membantu dengan menyumbang bentuk material maupun menyumbang dalam bentuk tenaga.

Pada waktu sebelumnya asrama hanya ditempati oleh santri pria alasannya jumlahnya lebih banyak dari pada santri wanita dan santri wanita tinggal bersama Nyai Khoirotun, alasannya di rumah tersebut terdapat Lima kamar.

Memberikan Pendidikan Secara Maksimal


Setelah terdapat asrama tersebut, tempat mengaji tidak hanya di rumahnya saja, melainkan di asrama baru. Dalam proses berguru mengajar kitab maupun membaca al-Qur’an, setiap sebanyak sepuluh santri menghadap satu guru yaitu Kyai Maghfur Siroj, yang mana mereka membaca al-Qur’an, dan ia yang menyimak dan membetulkan apabila terdapat bacaan yang salah.

Pada tahun 1985 semakin banyak santri putri yang bermukim dan rumahnya tidak muat dalam menampung santri tersebut, yang balasannya ia membangun asrama putri yang terdiri dari lima kamar.
Setiap kamar mempunyai beberapa nama yaitu kamar al-Badr, Baitur, al-Firdaus, Roudhotul Jannah dan al-Azhar.

Di dalam pondok pesantren Nurul Hidayah selain membaca al- Qur’an juga memperdalam kitab-kitab kuning salah satunya ilmu syariat yang mencakup kitab SulamSafinahdan dan Fiqh Sulam Taufiq
(ilmu Fiqh), kitab ta’lim Muta’alim (ilmu akhlak),Bidayatu Hidayah (ilmu tasawuf).Selain itu, Kyai Maghfur mendirikan lagi asrama bagi pondok putra dan putri, alasannya banyaknya santri yang tiba untuk memperdalam ilmu agama kepadannya.

Selain itu, dari tahun ke tahun santri banyak yang berdatangan untuk memperdalam ilmu agama kepadannya dan mendorongnya untuk mendirikan asrama lagi pada tahun 2000.

Wassalam.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel